share d'ideas with love

Rabu, 30 Mei 2012

disability limitation


BAB 1
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang

Salah satu penyebab kecacatan adalah karena informasi upaya pola hidup sehat, pengobatan atau anjuran berolah raga atau tidak merokok dan kebiasaan buruk lainya untuk mencegah atau mengurangi resiko kematian karena suatu penyakit banyak dianjurkan pada saat yang sudah terlambat. Peranan primary care di Puskesmas atau pada dokter-dokter dan tenaga medis lainnya biasanya terlambat karena kebiasaan penduduk di negara berkembang berkunjung ke fasilitas kesehatan adalah pada saat sudah menderita sakit, bukan untuk tetap hidup sehat sejak saat yang sangat dini, misalnya dalam menyiapkan kehidupan berumah tangga, kawin, mengandung dan kemudian mempunyai anak yang pertama. Pemeliharaan ibu mengandung dengan persiapan-persiapan awal dan pemeliharaan semasa kehamilan belum menjadi bagian dari primary care yang komprehensif dan dengan magnitute yang tinggi. Akibatnya begitu mulai mengakses Puskesmas keadaan sudah lebih berat dan seseorang tidak dapat diselamatkan lagi.
Begitu pula dengan Proses pemberdayaan secara dini pada penduduk umumnya masih sangat terbatas. Padahal rehabilitasi medik bisa dimulai dari saat yang sangat dini.


Minggu, 13 Mei 2012

ORAL HYGIENE



Oral hygiene is the practice of keeping the mouth and teeth clean to prevent dental problems, especially the common dental cavities and gingivitis, and bad breath. There are oral pathologic conditions in which a good oral hygiene is required for healing and regeneration of the oral tissues. These conditions included gingivitis, periodontitis, dental traumas such as subluxation, oral cysts, and after wisdom tooth extraction.
a.      Teeth cleaning
Teeth cleaning is the removal of dental plaque and tartar from teeth to prevent cavities, gingivitis, and gum disease. Severe gum disease causes at least one-third of adult tooth loss.
Tooth decay is the most common global disease affecting every family. Over 80% of cavities occur inside pits and fissures on chewing surfaces where brushing cannot reach food left trapped after every meal or snack and saliva or fluoride have no access to neutralise acid and remineralise demineralised tooth, unlike easy-to-reach surfaces, where few cavities occur.
Fissure sealants dentists apply over grooves in chewing surfaces of back teeth prevent food becoming trapped and halt the decay process. An elastomer strip has been shown to force sealant deeper inside all opposing chewing surfaces at the same time and can also force fluoride toothpaste inside chewing surfaces before brushing to remineralise demineralised teeth.

Sabtu, 12 Mei 2012

INFORM CHOICE

BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                                                                  
A.    Latar Belakang Masalah
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang tersedia. Maka dari itu kami mengambil judul “INFORMED CHOICE” agar ibu dapat menentukan pilihannya sesuai kebutuhan berdasarkan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan termasuk bidan.
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Informed Choice
pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati, tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.

Selasa, 08 Mei 2012

BED MAKING


1.  PURPOSE OF BED MAKING
 A. On changing an unoccupied bed
• to promote the client's comfort
• to provide a clean near environment for the client
• to provide a smooth, wrinkle-free bed foundation, thus minimizing sources of skinirritation
B. On changing an occupied bed
• to conserve the client's energy and maintain current healthy status
• to promote the client's comfort
• to provide a clean near environment for the client
• to provide a smooth, wrinkle-free bed foundation, thus minimizing sources of skinirritation
2.WHEN IT HAPPEN
 bed making is conditional situation..when it need we do it

“PARTNERSHIP BIDAN DAN PEREMPUAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN (WOMEN CENTERED CARE)”



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perempuan adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan Spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Setiap perempuan merupakan pribadi yang mempunyai hak, kebutuhan serta harapan (Sofie, 2011).
Perempuan mengambil tanggung jawab terhadap kesehatannya dan keluarganya melalui pendidikan dan konseling dalam dalam membuat keputusan. Perempuan mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan tentang siapa yang memberi asuhan dan dimana tempat pemberian asuhan. Sehingga perempuan perlu pemberdayaan dan pelayanan untuk memperoleh pendidikan dan informasi dalam menjalankan tugasnya (Hidayat, dkk, 2009).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, kepada masyarakat khususnya perempuan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kurnia, 2009).

SISTEM RUJUKAN


BAB I
PENDAHULUAN

       I.            LATAR BELAKANG
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

PERMENKES



KATA PENGANTAR


Assalamualaikum wr.wb
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan bertemakan : “PERSAMAAN dan PERBEDAAN ISI WEWENANG BIDAN pada PERMENKES NO.1464 TA.2010 dengan KEPMENKES NO.900 TA.2002 SERTA ANALISIS KASUS MALPRAKTIK BIDAN”.
            Makalah ini penulis susun dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KONSEP KEBIDANAN II pada tahun ajaran 2011/2012.
            Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu, khususnya kepada dosen pembimbing dan orang tua serta kepada seluruh anggota kelompok atas kerjasamanya yang kompak dalam menyelesaikan tugas ini dan kepada pihak-pihak lain yang turut memberikan dukungan demi terselesainya makalah ini.
            Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan makalah ini dikemudian hari.
            Demikianlah kiranya, dan sebagai harapan penulis semoga makalah ini dapat membawa manfaat dan menambah pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca, atas perhatian ibu, penulis ucapkan terima kasih.
            Wassalamualaikum wr.wb




Surabaya, 07 Maret 2012
Tertanda,



(penulis)



Sabtu, 05 Mei 2012

teori pengambilan keputusan


BAB II
PEMBAHASAN

I Landasan Teori
A.Pandangan umum tentang pengambilan keputusan
Fred Luthans dalam bukunya Perilaku Organisasi menyebutkan bahwa  pengambilan keputusan didefinisikan secara universal sebagai pemilihan alternatif. Pendapat yang senada diungkapkan oleh Chester Barnard dalam The Function of the Executive bahwa analisis komprehensif mengenai  pengambilan keputusan disebutkan sebagai suatu “proses keputusan merupakan teknik untuk mempersempit pilihan”. Sementara dalam bahan ajar DR. Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM bahwa membuat keputusan adalah “ The process of choosing a course of action for dealing with a problem or opportunity”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan erat kaitannya dengan pemilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah serta memperoleh kesempatan. Herbert Simon, ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan yaitu :
Aktivitas intelegensi yakni penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan
Aktivitas desain yakni terjadi tindakan penemuan, pengembangan dan analisis masalah
Aktivitas memilih yakni memilih tindakan tertentu dari yang tersedia

Kamis, 03 Mei 2012

contoh asuhan kebidanan ibu bersalin


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
NY “R” UK 40 MINGGU FISIOLOGIS
DI Kamar Bersalin RSI A.yani

NO.REG    :  09068
TANGGAL:  14 juli 2010                                                                  PUKUL: 05.00

I.                    PENGKAJIAN
1.1   DATA SUBYEKTIF
A.      IDENTITAS
Nama klien                                 : Ny.Rosaliana Rahmawati
Umur                            :  27thn
Suku/bangsa              : jawa
Agama                          : islam
Pendidikan                 :  perguruan tinggi
Pekerjaan                   :  guru
Alamat                          : gayungan rt4 rw5 surabaya
Status perkawinan
Perkawinan ke          : 1
Usia saat menikah    : 23 thn