MAKALAH KDPK 1
“Mendampingi Klien Yang Hampir Meninggal (Sakaratul
Maut ) Dan Merawat Jenazah”
Dosen pembimbing : Ibu Nurul Trianawati,S.Psi SST
STIKES YARSIS YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
SURABAYA
TAHUN AJARAN (2011-2012 )
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkah
yang telah diberikannnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Mendampingi Klien Yang Hampir Meninggal (Sakaratul Maut )
Dan Merawat Jenazah”.Kami juga berterima
kasih kepada Ibu Nurul
Trianawati,S.Psi SST sebagai dosen pembimbing khususnya KDPK 1, kepada
teman-teman yang telah membantu dan mendukung kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Harapan kami semoga dengan terselesaikannya makalah ini kita bisa
mengambil pelajaran.
Kami
menyadari akan kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dapat disampaikan kepada kami
agar dapat menjadi yang lebih baik. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima
kasih
Surabaya,
30 Maret 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Daftar isi……...........................................................................................
4
Kata pengantar…....................................................................................
3
Bab I.
Pendahuluan................................................................................
5
1.1
Latar
belakang......................................................................6
1.2
Rumusan masalah.................................................................6
1.3
Tujuan
masalah.....................................................................6
Bab II.
Pembahasan...............................................................................7
1.1
Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang
Kematian...........................................................................................7
1.2
Perkembangan Persepsi tentang kematian......................8
1.3
Perubahan Tubuh Setelah Kematian................................9
1.4
Pendampingan Pasien Sakaratul Maut.............................10
1.5
Moral Dan Etika Dalam Mendampingi Pasien Sakaratul
Maut..................................................................................................16
1.6
Perawatan Jenazah.............................................................17
1.7
Bab III. Penutup....................................................................................
20
3.1 Kesimpulan.................................................................................
20
Daftar pustaka........................................................................................
21
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sakaratul Maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang sedang
menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk
meninggal. Sedangkan Kematian
(death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan
darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap.
”Bimbinglah orang yang hendak mati mengucapkan
(kalimat/perkataan): “Tiada Tuhan Selain Allah” (HR.Muslim).
Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat
dihindari dari kehidupan sehari-hari kita. Kematian tidak pandang bulu,
anak-anak, remaja maupun orang dewasa sekalipun dapat mengalami hal
ini. Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Kematian
seakan menjadi ketakutan yang sangat besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan
munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut atau dalam istilah disebut dying.
Oleh karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yang menghadapi sakaratul
maut (Dying).
Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai
tenaga kesehatan tentang bagaimana cara menangani pasien yang menghadapi
sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut
adalah dengan memberikan perawatan yang tepat, seperti memberikan perhatian
yang lebih kepada pasien sehingga pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam
menghadapi kondisi sakaratul maut.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakakan
suatu rumusan masalah adalah sebagai berikut : “ Cara Menangani dan mendampingi
Pasien Yang Sakaratul Maut / Hampir Meninggal
1.3 TUJUAN MASALAH
a. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi
tenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
b. Sebagian bahan
referensi bagi penulis dan juga bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang Kematian.
Pandangan pengetahuan tentang kematian yang
dipahami oleh seseorang berbeda-beda. Adapun seorang ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang deskripsi rentang pola hidup sampai menjelang kematian
adalah Martocchio. Menurut Martocchio, rentang pola hidup sampai menjelang
kematian sebagai berikut :
·
Pola puncak dan
lembah.
Pola ini memiliki karakteristik periodik sehat
yang tinggi (puncak) dan periode krisis (lemah). Pada kondisi puncak, pasien
benar-benar merasakan harapan yang tinggi/besar. Sebaliknya pada periode lemah,
klien merasa sebagai kondisi yang menakutkan sampai bisa menimbulkan depresi.
·
Pola dataran yang
turun.
Karakteristik dari pola ini adalah adanya
sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga, yang
terjadi selama/setelah perode kesehatan yang stabil serta berlangsung pada
waktu yang tidak bisa dipastikan.
·
Pola tebing yang
menurun.
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi
penurunan yang menetap/stabil, yang menggambarkan semakin buruknya kondisi.
Kondisi penurunan ini dapat diramalkan dalam waktu yang bisa diperkirakan baik
dalam ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim detemui di unit khusus (ICU)
·
Pola landai yang
turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai
surut, perlahan dan hampir tidak teramati sampai akhirnya menghebat menuju
kemaut.
2.2
Perkembangan
Persepsi tentang kematian
Di dalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian
adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7
tahun kematian itu dalah sesuatu hal yang biasa saja, yang ada di pikirannya
kematian adalah sesuatu hal yang hanya terjadi pada orang tua yang sakit.
Mereka sangat acuh sekali dengan kematian.
Seiring dengan perkembangan usianya menuju
kedewasaan, mereka mengerti tentang apa itu kematian. Karena itu berkembanglah
klasifikasi tentang kematian menurut umur yang di definisikan oleh Eny Retna
Ambarwati, yaitu :
1.
Bayi - 5 tahun.
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur/pergi yang
temporer.
2.
5-9 tahun.
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
3.
9-12 tahun.
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari,
dapat mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang
tua/dewasa lainnya.
4.
12-18 tahun.
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan tentang
kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.
5.
18-45 tahun.
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan.
6.
45-65 tahun.
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak
kecemasan.
7.
65 tahun keatas.
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna : terbebasnya
dari rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal.
2.3
Perubahan
Tubuh Setelah Kematian
·
Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar
2-4 jam setelah kematian, karena adanya kekurangan ATP (Adenosin Trypospat)
yang tidak dapat disintesa akibat kurangnya glikogen dalam tubuh. Proses rigor
mortis dimulai dari organ-organ involuntery, kemudian menjalar pada leher,
kepala, tubuh dan bagian ekstremitas, akan berakhir kurang lebih 96 jam setelah
kematian.
·
Algor mortis (dingin), suhu tubuh
perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam sampai mencapai suhu ruanga
·
Post mortem decompotion, yaitu terjadi
livor mortis (biru kehitaman) pada daerah yang tertekan serta melunaknya
jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri. Ini disebabkan karena sistem
sirkulasi hilang, darah/sel-sel darah merah telah rusak dan terjadi pelepasan
HB.
2.4
Pendampingan
Pasien Sakaratul Maut.
Perawatan kepada pasien yang akan meninggal oleh
petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan
rohaniah sebelum pasien meninggal. Tujuannya yaitu, :
a.
Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah
pada pasien dan keluarganya
b.
Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c.
Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa
dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian.
Ø Pendampingan dengan alat-alat medis
Memperpanjang hidup penderita semaksimal mungkin
dan bila perlu dengan bantuan alat-alat kesehatan adalah tugas dari petugas
kesehatan. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien yang hampir
meninggal, maka petugas kesehatan memerlukan alat-alat pendukung seperti :
a. Disediakan tempat tersendiri
b. Alat – alat pemberian O2
c. Alat resusitasi
d. Alat pemeriksaan vital sighn.
e. Pinset
f. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi
bibir
g. Alat tulis
Adapun
prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan oleh petugas dalam mendampingi pasien
yang hampir meninggal, yaitu :
a. Memberitahu
pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b.
Mendekatkan alat
c.
Memisahkan pasien dengan pasien
yang lain
d.
Mengijinkan keluarga untuk
mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
e.
Membersihkan pasien dari keringat
f.
Membasahi bibir pasien dengan
kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset
h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan
(vital sign) terus menerus
j. Mencuci tangan
k. Melakukan dokumentasi tindakan
Ø Pendampingan dengan bimbingan rohani
Bimbingan
rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang
komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya
bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan
bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama
perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat
memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual pasien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak
penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk
pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul
maut.
Biasanya
pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal
karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak
dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang
dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien
terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat
dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup
pasien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien
untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat
menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui
Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk
tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah
fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah
tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran
tentang sakaratul maut,” Datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya.”(QS.50:19).“ Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang
zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut.” (QS. 6:93).
Dalam
Al-hadits tentang sakaratul maut. Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah
mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya
sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut
sehingga perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin
(menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
2. Hendaklah
mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang
baik.
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu
Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya
:“Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir
mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.”Maka perawat harus berupaya
memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan
selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua
matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka
kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka
kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati
masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal
ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada
kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya.
4. Membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman.
Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi
air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya,
sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut
setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul
maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat
syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan
orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian
disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah
Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus
shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara
bagaimana menghadap kiblat :
a) Berbaring
terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia
menghadap kearah kiblat.
b) Mengarahkan
bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan
Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang
tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.
2.5 Moral Dan Etika Dalam Mendampingi
Pasien Sakaratul Maut
Perlu diketahui oleh petugas kesehatan
tentang moral dan etika dalam pendampingan
pasien sakaratul maut. Moral dan etika inilah yang dapat membantu pasien,
sehingga pasien akan lebih sabar dalam mengahadapi sakit yang di deritanya.
Dalam banyak studi, dukungan sosial sering
dihubungkan dengan kesehatan dan usia lanjut. Dan telah dibuktikan pula bahwa
dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan. Pemebrian dukuangan sosial adalah
prinsip pemberian asuhan. Perilaku petugas kesehatan dalam mengeksperikan
dukungan meliputi :
1. Menghimbau
pasien agar Ridlo kepada qadha dan qadarnya-Nya serta berbaik sangka terhadap
Allah Swt.
2. Menghimbau
pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Allah Swt.
3. Kembangkan
empati kepada pasien.
4. Bila
diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.
5. Komunikasikan
dengan keluarga pasien.
6. Tumbuhkan
harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu.
7. Bantu bila ia
butuh pertolongan.
8. Mengusahakan
lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh perhatian, serta
tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
9. Jika memiliki
tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak Allah Swt (zakat, puasa,
haji, dll) atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah dipenuhi atau
wasiat kepada kepada orang yang dapat memenuhi bagi dirinya. Wasiat wajib atas
orang yang mempunyai tanggungan atau hak kepada orang lain.
2.6
Perawatan
Jenazah
Perawatan Jenazah merupakan
perawatan pasien setelah meninggal dunia. Tujuannya adalah Membersihkan dan
merapikan jenazah, Memberikan penghormatan terakhir kepada sesama insani, Memberi
rasa puas kepada sesama insani.
Persiapan alat yang digunakan
untuk merawat jenazah antara lain :
a. Celemek
b. Verban/kassa gulung
c. Sarung tangan
d. Pinset
e. Gunting perbant
f. Bengkok 1
g. Baskom 2
h. Waslap 2
i. Kantong plastik kecil (tempat perhiasan)
j. Kartu identitas pasien
k. Kain kafan
l. Kapas lipat lembab dalam kom
m. Kassa berminyak dalam kom
n. Kapas lipat kering dalam kom
o. Kapas berminyak (baby oil) dalam kom
p. Kapas alkohol dalam kom
q. Bengkok lysol 2-3%
r. Ember bertutup 1
·
Prosedur kerjanya :
a. Memberitahukan pada keluarga pasien
b. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan
ke jenazah
c. Mencuci tangan
d. Memakai celemek
e. Memakai hands scoon
f. Melepas perhiasan dan benda – benda
berharga lain diberikan kepada keluarga pasien (dimasukkan dalam kantong
plastik kecil)
g. Melepaskan peralatan invasif (selang,
kateter, NGT tube dll)
h. Membersihkan mata pasien dengan
kassa, kemudian ditutup dengan kassa lembab
i. Membersihkan bagian hidung dengan
kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak
j. Membersihkan bagian telinga dengan
kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak
k. Membersihkan bagian mulut dengan
kassa
l. Merapikan rambut jenazah dengan sisir
m. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai
ke atas kepala dengan verban gulung
n. Menurunkan selimut sampai ke bawah
kaki
o. Membuka pakaian bagian atas jenasah,
taruh dalam ember
p. Melipat tangan dan mengikat pada
pergelangan tangan dengan verban gulung
q. Membuka pakaian bagian bawah, taruh
dalam ember
r. Membersihkan genetalia dengan kassa
kering dan waslap
s. Membersihkan bagian anus dengan cara
miringkan jenazah ke arah kiri dengan meminta bantuan keluarga
t. Memasukkan kassa berminyak ke dalam
anus jenasah
u. Melepas stick laken dan perlak
bersamaan dengan membentangkan kain kafan, lipat stick laken dan taruh dalam
ember.
v. Mengembalikan ke posisi semula
w. Mengikat kaki di bagian lutut
jenazah, pergelangan kaki, dan jari – jari jempol dengan menggunakan verban
gulung.
x. Mengikatkan identitas jenazah pada
jempol kaki
y. Membuka boven laken bersamaan dengan
pemasangan kain kafan
z. Jenazah dirapikan dan dipindahkan ke brankart
å. Alat – alat tenun dilepas dan
dimasukkan ke dalam ember serta melipat kasur
ä. Merapikan alat
ö. Melepas hand scoon
aa. Melepaskan celemek
bb. Mencuci tangan
BAB III
PENUTUP
Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul
maut (dying) oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi
pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Perawat
atau Bidan memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis,
psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut dengan memperhatikan moral,
etika serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada
pasien. Penanganan pasien perlu dukungan semua pihak yang terkait,
terutama keluarga pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat atau bidan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
uliyah musrifatul.Buku Ajar
Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK) untuk pendidikan bidan.Surabaya,Health
books,2011.