BAB II
PEMBAHASAN
I
Landasan Teori
A.Pandangan
umum tentang pengambilan keputusan
Fred Luthans dalam bukunya Perilaku
Organisasi menyebutkan bahwa pengambilan
keputusan didefinisikan secara universal sebagai pemilihan alternatif. Pendapat
yang senada diungkapkan oleh Chester Barnard dalam The Function of the
Executive bahwa analisis komprehensif mengenai
pengambilan keputusan disebutkan sebagai suatu “proses keputusan
merupakan teknik untuk mempersempit pilihan”. Sementara dalam bahan ajar DR.
Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM bahwa membuat keputusan adalah “ The process of
choosing a course of action for dealing with a problem or opportunity”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan erat kaitannya dengan
pemilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah serta
memperoleh kesempatan. Herbert Simon, ahli teori keputusan dan organisasi
mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan yaitu
:
Aktivitas
intelegensi yakni penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan
keputusan
Aktivitas
desain yakni terjadi tindakan penemuan, pengembangan dan analisis masalah
Aktivitas
memilih yakni memilih tindakan tertentu dari yang tersedia
Inti Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambilkeputusan.
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambilkeputusan.
Lingkungan Situasi Keputusan
·
Lingkungan eksternal :
·
Lingkungan internal :
mutu rendah, kurangnya
promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/
agen tidak bergairah.
C.Langkah
dalam pengambilan keputusan
Mintzberg mengungkapkan bahwa
langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terdiri dari :
1.Tahap identifikasi
Tahap ini adalah tahap pengenalan
masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis
tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi
2.Tahap pengembangan
Tahap ini merupakan aktivitas pencarian
prosedur atau solusi standar yang ada
atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian
dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang
tidak jelas
3.Tahap seleksi
Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan
tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan penilaian pembuat keputusan berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan
analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan
dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan
semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal dan
otorisasi dilakukan.
Seperti yang terlihat dalam skema tahap
pengambilan keputusan dalam organisasi menurut Mintzberg berikut :
D.
Dasar-dasar pendekatan pengambilan keputusan
1.
Fisik
Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2.
Emosional
Didasarkan pd perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
Didasarkan pd perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3.
Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6.
Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
(1) Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
(1) Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
(2) Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
(3) Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera
dilaksanakan.
(4) Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya,
karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi
marah atau tergesa-gesa.
(5) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan
orang lain yang bertanggung jawab.
(6) Pengambilankeputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan
berbagai pilihan.
a.
Menetapkan
tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambilkeputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusikelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambilkeputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusikelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
b.
Mengidentifikasi
permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.
c.
Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusanyang efektif. Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusanuntuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusanyang efektif. Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusanuntuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.
d.
Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.
e.
Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapankeputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusanseharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapankeputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusanseharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
f.
Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari prosespengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari prosespengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
(3) Membantu klien mengevaluasi pilihan;
(4) Membantuklien menyusun rencana kerja.
Referensi
aishalife-line.blogspot.com/2009/06/dokter-dan-pasien.html. diunduh 14 Juni 2009: pukul 05.50
aishalife-line.blogspot.com/2009/06/dokter-dan-pasien.html. diunduh 14 Juni 2009: pukul 05.50
syakira-blog.blogspot.com/2009/01/elemen-elemen-dasar-dalam-pengambilan.html Elemen Dasar dalam Pengambilan Keputusan
fk.undip.ac.id/pengembangan-pendidikan/78-clinical-reasoning-dan-berpikir-kritis.html.
diunduh 14 Juni 2009: pukul 05.45
klana.files.wordpress.com/2007/06/teori-pengambilan-keputusan.ppt -diunduh 14
Juni 2009:pukul 05.30.
Saraswati.
2002.Komunikasi Efektif. Penulis Modul: Jakarta
.Tyastuti,
dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
Uripni. 2003. Komunikasi Kebidanan,
Jakarta: EGC.
studygs.net/indon/problem1.htm
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. diunduh 14 Juni
2009: pukul 05.40
Disajikan
dalam penugasan mata kuliah Komunikasi & Konseling dalam Praktik Kebidanan oleh Alfriani D.S, Dian P, Dyan D,
Desi S, Firsa K, Linda N, Kiki F, Sugini, Sylvia W.A (kelas A Mahasiswi Akbid
MUS Angkatan 2008) dan Dewi PA, Febriya AS, Erla KA, Neni L, Nopi K, Siti M,
Siska O, Tumi L, Uci I (kelas B Mahasiswi Akbid MUS Angkatan 2008) serta
dimodifikasi oleh Lusa Rochmawati, SST.Keb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar